Makalah kebidanan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan
(health provider) harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan
melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang
manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga
tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di
perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep dasar
manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut
tentang manajemen kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu
manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan
bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan,
dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam
suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam
rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal
terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori
manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir
logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi
tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam
menunjang kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik
kepada kliennya. Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul
“MANAJEMEN KEBIDANAN “ selain sebagai tugas kelompok juga dapat dijadikan
referensi bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan?
- Bagaimana konsep manajemen kebidanan yang berkualitas?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan
- Untuk mengetahui konsep manajemen kebidanan yang berkualitas
D. Manfaat
- Untuk Depkes
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengawasi para
bidan Indonesia apakah bidan Indonesia sudah melakukan manajemen kebidanan
sesuai dengan standar.
2.
Untuk Institusi
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan
wawasan/pengetahuan kepada mahasiswa, apakah mahasiswa sudah memahami manajemen
kebidanan.
3.
Untuk Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam
menggali/mencari informasi untuk memperluas wawasan/pengetahuan tentang
manajemen kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Manajemen
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu
manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan
bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan,
dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam
suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam
rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal
terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori
manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
1. Pengertian Manajemen
Secara Umum
Manajemen adalah seni dalam melaksanakan suatu
kegiatan melalui orang – orang (Mary Parker Follet)1. Manajemen
sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada
sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan
sebagai “tata laksana”.
Manajemen adalah suaytu proses atau karangka kerja
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang – orang kearah
tujuan – tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata (George R. Terry
dan Leslie W. Rue)2.
Menurut grant dan masey3, 1999 yang di
kutip oleh nursalam, manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
aktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Rosmery E. Cross (2001)4, “
management is a highly process and manager is some one who gets done trought of
others”. Manajemen adalah sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah
seorang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah
“ managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut managar atau
pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan fungsii manajemen
dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri dan orang lain, menyeimbangkkan tujuan yang saling
bertentangan dan menentukan prioritas, mampu berfikir secara analisis dan
konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu mengambil
keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan. Seorang maneger
yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang baik adalah
yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2. Teori-teori manajemen
a) Teori manajemen
ilmiah ( Scientific Management Theory )
Teori mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah
sangat penting, karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan
menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan
(Frederick W. Taylor )5.
b) Teori administratif (
Administratif Theory)
Teori ini menganggap yang penting adalah organisasi
pada tingkat teratas, karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika
para manajer dapat manajer dapat menggerakkan organisasi sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen.
c) Teori motivasional (
motivational Theory )
Teori ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah
seseorang yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan
memperhatikan staf tersebut.
d) Teori situasional (
Situational Theory )
Teori ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk
melakukan motivasi pada seseorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan
dengan :
1) Pencapaian tujuan
yang diharapkan.
2) Kepuasan pribadi
3) Reward
3. Fungsi-fungsi
manajemen
Menurut Ibnu Syamsi fungsi1 manajemen
terdiri dari :
- Fungsi perencanaan
- Fungsi
mengatur pelaksanaan
1) Pengorganisasian (organizing )
2) Penyiapan tenaga ( staffing)
3) Pengarahan (directing)
4) Pengkordinasian (coordinating)
5) Permintaan laporan ( reporting ) - Fungsi pengendalian (controlling )
- Fungsi pengembangan (development )
Proses manajemen menurut Rosmerry E. Cross 2
adalah :
- Forecasting, Planning, and Development (ramalan, perencanaan, dan pengembangan )
- Managing Human Resourch (Manajemen Sumber Daya Manusia )
- Policy Making ( Penetapan Kebijaksanaa)
- Organizing ( Pengorganisasian )
- Communicating (komunikasi )
- Motivating ( Motivasi )
- Coordinating (Koordinasi )
- Controlling ( pengendalian )
- Information Handling ( Pengaturan Informasi )
- Problem Solving and decision making ( pemecahan masalah dan pengambilan keputusan )
Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam
pekerjaannya harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang dinamakan
fungsi-fungsi manajemen, yaitu sebagai berikut :
- Planning
( Perencanaan )
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. - Organizing
Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu. - Staffing
Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja. - Controlling
(pengawasan )
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Secara umum unsur-unsur dari manajemen yaitu :
- Manusia, yaitu tenaga kerja (manusia)
- Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
- Methods, yaitu cara-cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan.
- Material, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mancapai tujuan.
- Machines, yaitu peralatan yang diperlukan untul mancapai tujuan.
- Market, yaitu pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
4.
Manajemen Skill
Menurut La Monica terdapat 3 kategori yang harus
dimiliki oleh sorang manajer yaitu :
- Technical
skill
Kemampuan untuk menggunakan penegtahuan, metoda, teknik, untuk melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaa, didapatkan melalui pengalaman, pendidikan dan latihan. - Human
skill
Kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staf, yang meliputi pengertian dan motivasi yang diberikan dan dengan melaksanakan kepemimpinan yang efektif. - Conceptual skill
- Mempunyai kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
- Melaksanakan peran dan tanggungjawab dengan baik
- Menggunakan pengetahuan untuk menata organisasi
- Melakukan kontak mata dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif.
B.
MANAJEMEN KEBIDANAN
Berdasarkan uraian di atas mengenai konsep manajemen
secara umum kami akan membahas bagaimana manajemen kebidanan manajemen
kebidanan kaitannya dengan peran dan fungsi seorang bidan di dalam prakteknya
secara professional, dituntut tanggungjawab manajerial yang bermutu. Untuk itu
metode ilmiah akan dapat dilakukan bila telah memahami betul teknik – teknik
manajemen yang adekuat. Artinya di dalam prakteknya yang penuh tanggungjawab
itu dilakukan menggunakan teori-teori dan prinsip manajemen , yang telah diakui
secara nasional maupun internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek
telah menggunakan manajemen kebidanan yang adekuat dalam memberikan asuhan
kebidanan pada kliennya.
1. Pengertian Manajemen
Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses
berfikir logis sistematis dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan
kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen
kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka
dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber
:
- Menurut
buku 50 tahun IBI, 2007 1
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. - Menurut
Depkes RI, 2005 2
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. - Menurut
Helen Varney (1997) 3
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka
bidan diharapkan lebih kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan
untuk mengambil keputusan. Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses
manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari
pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukanyang tepat. Oleh karena
itu, bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi
kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan
merujuk kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari
focus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita
bergeser kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis
yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan,
pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal
ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara
benar, singkat, jelas, logis dan sistematis sesuai dengan metode
pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik bagi pemberi asuhan
maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data
otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional
memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk
menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah
asuhan kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai
bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan
kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk
mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia
sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode
dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan
digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian
merumuskan permasalahan tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya.
Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan
dan pelayanan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan,
seorang bidan melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal
dengan manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan
itu, adalah :
- Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.
- Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
- Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
- Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
- Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.
Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini
didokumentasi sebagai bahan tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk
keperluan lain seperti referensi serta penelitian.
2. Prinsip Managemen
Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan
sejak orang mulai menolong kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala
perempuan-perempuan yang sudah berpengalaman melahirkan dipercaya untuk
memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan. Mereka diharapkan
mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang hamil dan melahirkan. Tentu
pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan pengalaman
mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada
situasi yang mangandalkan ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima
jasa pelayanan bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan
demikian pelayanan yang diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori yang dapat
dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan berdasarkan Evidence Based
Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen
adalah pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya
pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.
Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada
beberapa hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen
yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau
diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa
kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan
juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah tertentu dan mungkin
juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk
kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7
langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi
masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang
diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam
proses majemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau
kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan.Proses manajemen
kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen kebidanan yang American
College of Midwife pada dasar pemikiran yang sama dengan proses
manajemen menurut Varney.
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Varney
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang
dikeluarkan oleh American College Nurse
Midwife (ACNM) terdiri dari :
- Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,termasuk mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
- Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar.
- Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klen.
- Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
- Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
- Secara pribadi bertanggungjawab terthadap implementasi rencana individual.
- Melakukan konsultasi,perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
- Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
- Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
3.
Sasaran Managemen Kebidanan
Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada
asuhan kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan di dalam
pelaksanaan pelayaanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat.manajemen kebidanan mendorong para bidan menggunakan cara yang
teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam
mencagahkan masalah klien dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu
dan anak yang sehat dapat tercapai.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa
permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan mutlak
menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup
dan tanggungjawab bidang maka sasaran manajemen kebidanan ditunjukan kepada
baik individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.
Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan
disebut klien.yang dimaksud klien di sini ialah setiap individu yang dilayani
oleh bidan baik itu sehat maupun sakit.klien yang sakit disebut pasien.upaya
menyehatkan dan meningkatkan status kesehatan keluarga akan lebih efektip bila
dlakukan melalui ibu baik didalam keluarga maupun didalam kelompok
masyarakat.didalam pelaksanaan manajemen kebidanan,bidan memandang keluarga dan
kelompok masyarakat sebagai kumpulan individi-individuyang berada di dalam
suatu ikatan sosial dimana ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di
dalam setiap melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan anak
dalam lingkup dan tanggungjawab.
4.
Proses Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan
praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah
atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah :
- Identifikasi dan analisis masalah
Proses manajemen kebidanan dimulai
dengan langkah pertama identifikasi dan analisis masalah. Di dalam langkah
pertama ini bidan sebagai tenaga professional tidak dibenarkan untuk
menduga-duga masalah yang terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan
menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan
lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Langkah pertama ini mencakup
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis data atau fakta untuk perumusan
masalah. Langkah ini merupakan proses berfikir yang ditampilkan oleh
bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ diderita
pasien atau klien.
- Diagnosis
kebidanan
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan.
Penegakan diagnosis kebidanan
dijadikan dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup
pasien atau klien. Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan
adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan
mengganggu keselamatan hidup klien atau diantisipasi, dicegah dan diawasi serta
segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya.
- Perencanaan
Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai.
2) Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
3) Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
1) Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai.
2) Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
3) Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
- Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakukan secara mandiri, pada penanganan kasus yang di dalamnya memerlukan tindakan di luar kewengangan bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan berkualitas. Selama pelaksanaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien atau klien. - Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan.
Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut memnjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Langkah – langkah :
1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3) Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3) Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Melihat kembali penjelasan di atas maka proses
manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola piker.
Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan
pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas atau
tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien.
Langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
- Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
- Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
- Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
- Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan sebelumnya ).
Tahap ini merupakan langkah awal yang
akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan
kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau
tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah
tepat, lengkap dan akurat.
Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose
kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
1) Diakui dan telah
disahkan oleh profesi.
2) Berhubungan langsung
dengan praktek kebidanan.
3) Memiliki cirri khas
kebidanan.
4) Didukung oleh clinical
judgement dalam praktek kebidanan.
5) Dapat diselesaikan
dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah
potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang
akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah
yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial
yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan
Segera untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik
atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi.
Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan
satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan
tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari
preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah
medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga
akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis
bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar
dibutuhkan.
Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah
psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup
setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana
asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar
dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
dilakukan klien.
Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien
dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya
sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,
misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah
dilaksanakan.
Langkah 7 : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap
efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak
efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung
di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan
situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam
tulisan saja.
5. Implementasi
manajemen kebidanan
- Identifikasi dan analisis masalah
Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada
bidan, maka langkah awal dari kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi
masalah kemudian menganalisis masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien
untuk menggali data subjektif.
Data subjektif
1) Biodata mencakup
identitas klien :
a) Nama yang jelas dan
lengkap. Bila perlu ditanyakan nama penggilan sehari-hari. Bagi pasien anak,
ditanyakan nama orant tua atau wali.
b) Umur dicatat dalam
hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan tahun dan bulan.
c) Alamat ditanyakan
untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan
mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan
lingkungannya.
d) Pekerjaan klien ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan
pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
e) Agama ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.
Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di
dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f) Pendidikan
klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu
ditanyakan pendidikan orang tua atau walinya.
2) Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar,
mentruasi terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi,
menoraghi), gejala premenstrual.
3) Riwayat perkawinan
Kawin
: ……………. Kali
Usia kawin pertama
: ……………. Kali
4) Riwayat kehamilan dan
persalinan
a) Jumlah kehamilan dan
kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).
b) Riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan.
c) Masalah/gangguan
kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal : preeklampsi,
infeksi, dll.
5) Riwayat ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan
mencakup : infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system
reproduksi, operasi ginekologis.
6) Riwayat keluarga
berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis
kontrasepsi, efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya
menggunakan alat kontrasepsi.
7) Riwayat kehamilan
sekarang
Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan
kehamilan.
8) Gambaran penyakit
yang lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya
dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar
air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di
RS ? kapan ? berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya.
9) Riwayat penyakit
keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan
misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar.
10) Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan
antara lain : jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari
keluarga, pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan,
kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap
kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.
Data objektif
Data objektif dikumpulkan melalui :
1) Pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan khusus.
3) Pemeriksaan
penunjang.
a) Diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu
dicantumkan yaitu :
(1) Keadaan pasien / klien (khusus bagi
ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya).
(2) Masalah utama dan penyebabnya.
(3) Masalah potensial.
(4) Prognosis.
b) Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan
menyusun rencana tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana
tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan
langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan
perbaikan-perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam
keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari
tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan
sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah
yang dihadapi oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya
intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu,
dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah
tindakan yang dilakukan oleh bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki
kemampuan kuat untuk melahirkan dan kemudian memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan persalinan.
Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan
dicapai. Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria
evaluasi antara lain :
(1) Tekanan darah, denyut nadi dalam batas
normal.
(2) Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan
lamanya semakin bertambah sewaktu mendekati kala II.
(3) DJJ harus selalu positif.
(4) Turunnya kepala bayi semakin maju
melalui saluran persalinan.
(5) Pembukaan serviks semakin melebar
(lengkap dengan garis menengah sekitar 10 cm )
c) Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang
telah lazim diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada
kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :
(1) Ibu mengedan sewaktu his menguat
(2) Menekan dinding perineum agar tidak
robek
(3) Mempermudah gerak rotasi kepala bayi
(4) Mengeluarkan bahu dan seterusnya
sampai bayi lahir dengan sempurna.
Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai
dengan criteria evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan
infus atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan
prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam
tahap pelaksanaan ini ialah :
(1) Intervensi yang dilakukan harus
verdasarkan prosedur tetap yang lazim dilakukan.
(2) Pengamantan dilakukan secara cermat
dan tepat sesuai dengan criteria evaluasi yang ditetapkan.
(3) Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga
secara berangsur-angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan
asuhan secara mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila
bidan menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan,
maka pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.
d) Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang
telah ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil
tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam criteria
evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapakan.
Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam
evaluasi menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan
selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan, dan tidak
terjadi pendarahan setelah partus.
Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan
pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan
persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan
juga dalam keadaan sehat.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan
lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap
langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang
dilakukan kurang berhasil.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada dasarnya untuk melakukan manajemen kebidanan
memang harus melewati beberapa tahap. Seperti dikemukakan Hellen Varney ada 7
langkah sedangkan dari depkes menyatakan 5 langkah. Pada prinsipnya
masing-masing pendapat sama, hanya berbeda dalam cara pendokumentasiannya.
Namun dalam penerapannya nanti tidaklah harus kaku menggunakan 5 langkah atau 7
langkah yang perlu diingat bahwa dalam manajemen kebidanan tersebut dilakukan
secara sistematis dengan metode pendekatan tertentu dalam membantu pemecahan
masalah kesehatan ibu dan anak.
Secara umum konsep manajemen kebidanan berkualitas
meliputi :
- Manajemen dilakukan melalui pendekatan dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen.
- Meliputi seluruh kegiatan.
- Meliputi seluruh aspek pelayanan dan dedikasi aktif seluruh staf untuk mengidentifikasi seluruh konsumen.
- Memberikan pelayanan secara berkesinambungan.
- Memonitor kepuasan konsumen.
- Memahami kebutuhan dan memantau perubahan yang terjadi melalui pemantauan ulang.
- Meningkatkan sumber daya untuk mengembangkan kualitas tindakan dab pelayanan khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang fleksibel.
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak
kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik
yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu :
Yogyakarta. Hal. 109
Estiwidani, dkk. 2009. Konsep Kebidanan.
Fitramaya : Yogyakarta. Hal. 117
Tadjuddin norma. Konsep Kebidanan. Poltekkes
Kemenkes Makassar : Makassar. Hal 70
0 Komentar