MEKANISME PERSALINAN NORMAL
MEKANISME
PERSALINAN NORMAL
Selama
proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul –
“seven cardinal movements of labor” yang terdiri dari :
1.
Engagemen
2.
Fleksi
3.
Desensus
4.
Putar paksi dalam
5.
Ekstensi
6.
Putar paksi luar
7.
Ekspulsi
Gerakan-gerakan
tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.
Gerakan-gerakan
tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik
sehingga dap[at terjadi persalinan per vaginam secara spontan.
Engagemen
•
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.
•
Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid
dengan oksiput melintang (tranversal)
•
Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal
sinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior :
o
Normal sinklitismus : Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan
sacrum.
o
Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum.
o
Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis
(parietal bone presentasion
Fleksi
Gerakan
fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar
panggul.
Fleksi
kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus.
Bila
terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi
letak defleksi (presentasi dahi, presentasi muka).
Desensus
Pada
nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal
kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab
terjadinya desensus :
1.
Tekanan cairan amnion
2.
Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3.
Usaha meneran ibu
4.
Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain
yang menentukan terjadinya desensus adalah :
•
Ukuran dan bentuk panggul
•
Posisi bagian terendah janin
Semakin
besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan
desensus berlangsung lambat.
Desensus
berlangsung terus sampai janin lahir.
Putar paksi
dalam- internal rotation
•
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi
dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
•
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang
kearah posterior).
•
Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.
Ekstensi
Aksis jalan
lahir mengarah kedepan atas, maka gerakan ekstensi kepala harus terjadi sebelum
dapat melewati pintu bawah panggul.
Akibat
proses desensus lebih lanjut, perineum menjadi teregang dan diikuti dengan
“crowning”
Pada saat
itu persalinan spontan akan segera terjadi dan penolong persalinan melakukan
tindakan dengan perasat Ritgen untuk mencegah kerusakan perineum yang luas
dengan jalan mengendalikan persalinan kepala janin.
Episiotomi
tidak dikerjakan secara rutin akan tetapi hanya pada keadaan tertentu.
Proses
ekstensi berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir.
Setelah
kepala lahir, muka janin dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan
cairan amnion. Mulut dibersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan
hidung.
Setelah
jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar
leher dengan jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan
terlebih dahulu. Bila lilitan talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan
diantara 2 buah klem.
Putar paksi
luar- external rotation
Setelah
kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi
kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir.
Setelah
putar paksi luar kepala, bahu mengalami desensus kedalam panggul dengan cara
seperti yang terjadi pada desensus kepala.
Bahu
anterior akan mengalami putar paksi dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum
dapat lahir dibawah simfisis.
Persalinan
bahu depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin .
Setelah bahu
depan lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu posterior.
Traksi untuk
melahirkan bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada
pleksus brachialis.
Setelah
persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian
tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin.
Setelah
kelahiran janin, terjadi pengaliran darah plasenta pada neonatus bila tubuh
anak diletakkan dibawah introitus vagina.
Penundaan
yang terlampau lama pemasangan klem pada talipusat dapat mengakibatkan
terjadinya hiperbilirubinemia neonatal akibat aliran darah plasenta tersebut.
Sebaiknya
neonatus diletakkan diatas perut ibu dan pemasangan dua buah klem talipusat
dilakukan dalam waktu sekitar 15 – 20 detik setelah bayi lahir dan kemudian
baru dilakukan pemotongan talipusat diantara kedua klem.
0 Komentar